Rabu, 25 Januari 2012

NASEHAT IBNUL QOYYIM AL JAUZIYAH



Nasihat Ibnul Qayyim Agar Tidak Terjerumus Dalam Maksiat.
Diposting : Abu Maulana Astri

Jika kita melihat di sekeliling kita, jelas bagi kita bahawa saat ini krisis keruntuhan nilai akhlak dan iman berada di ujung tanduk. Lihat saja kasus buang bayi, kasus perkosaan di angkot, kasus free sex,narkoba,dll. . Dan yang paling merusak sekali kesyirikan yang merebak, bid’ah menjadi rutin amalan masyarakat. Tidakpeduli dilakukan  itu orang yang terkesan alim atau awam. Lihat saja ,banyak orang berduyun-duyun mendatangi kuburan untuk melakukan ritual penyembahan dan tawassul yang sesat. Tidak diragukan lagi, perbuatan maksiat tersebut menjadi rutin di suatu tempat. Apa sebabnya? Dan bagaimana cara mengatasinya? Di sini saya menyertakan langkah-langkah yang telah termaktub dalam Quran yang telah diuraikan oleh al-’Allamah al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah. , semoga bermanfaat.
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi dan Rasul paling mulia. Amma ba’du.

Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:
Pertama : Hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat
Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.
Kedua : Merasa malu kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kerana sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah.
Ketiga : Senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu.
Apabila engkau berlimpah nikmat
maka jagalah, kerana maksiat
akan membuat nikmat hilang dan lenyap
Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.
Keempat : Merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya
Kelima : Mencintai Allah.
Kerana seorang kekasih tentu akan mentaati setiap yang dikasihinya. Sesungguhnya maksiat itu muncul akibat lemahnya rasa cinta.
Keenam : Menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya.
Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat.
Ketujuh : Memiliki kekuatan ilmu
Mengetahui tentang betapa buruknya nampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri. Kerana dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati.
Kelapan: Menghapus angan-angan yang tidak berguna.
Dan hendaknya setiap insan menyedari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sedar bahawa dirinya hanyalah sebagaimana tetamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, kerana dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.
Kesembilan : Hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian.
Kerana sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… kerana jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.
Kesepuluh : Sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas, yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati.
Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kukuh maka sungguh dia telah keliru.

Kamis, 19 Januari 2012

3 HAL YANG HARUS KITA LAKUKAN

3 HAL YANG WAJIB KITA LAKUKAN
Oleh : Abu Maulana Astri

Harta yang dikumpulkan boleh habis dalam beberapa saat. Perut yang diisi dengan pelbagai makanan akan terasa lapar kembali setelah beberapa jam. Semuanya tidak kekal. detik, jika dikumpulkan akan menjadi menit. Menit, jika dikumpulkan akan mejandi  jam. Jam jika dikumpulkan akan menjadi hari, hari jika dikumpulkan akan menjadi minggu. Minggu jika dikumpulkan akan menjadi bulan. Bulan jika dikumpulkan akan menjadi tahun. Tahun jika dikumpulkan akan menjadi umur. Setelah sampai umur yang ditetapkan, maka manusia akan mati.

Catatan rekod tertinggi bagi umur manusia yang tertua pada abad ke-20 setakat ini adalah 120 tahun. Apa yang dapat lakukan dengan umur yang sedemikian?
Itulah ‘flow’ perjalanan kehidupan setiap manusia. Dari saat hingga ke tahun. Dari bayi hingga ke dewasa kemudian tua dan akhirnya mati. Mati bukan perkara mainan. Ia adalah penentu syurga atau neraka anda. Kebahagiaan atau kesengsaraan anda di akhirat kelak. Bagi orang-orang yang beriman dengan hari akhirat, dengarkan nasihat ini.

Setiap manusia akan mati. Tidak ada yang immortal (kekal abadi). Firman Allah
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” (QS. ali-Imran 3:185)

Sebelum anda mati, anda perlu tahu kewajipan anda sebagai manusia, merangkap hamba Allah. Anda perlu tahu bahawa ada beberapa hal yang Allah diwajibkan ke atas anda. Kewajipan untuk mengenal Allah, mengenal Rasul-Nya dan juga mengenal agama Islam ini. Inilah kewajipan anda selaku hamba Allah.

Hal ini disimpulkan oleh Al-Imam Muhammad Bin Abdul Wahab di mana beliau berkata :

Dan ketahuilah, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari dan mengamalkan ketiga perkara ini :

1.Bahwa Allah-lah yang menciptakan kita dan yang memberi rizki kepada kita. Allah tidak membiarkan kita begitu saja dalam kebingungan, tetapi mengutus kepada kita seorang rasul, maka barangsiapa mentaati rasul tersebut pasti akan masuk surga dan barangsiapa menyalahinya pasti akan masuk neraka. Allah Ta'ala berfirman : Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun. Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.(QS. Muzammil 73:15-16)

2.Bahwa Allah tidak rela, jika dalam ibadah yang ditujukan kepada-Nya, Dia dipersekutukan dengan sesuatu apapun, baik dengan seorang malaikat yang terdekat atau dengan seorang nabi yang diutus menjadi rasul. Allah Ta'ala berfirman : Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS. al-Jinn 72:18)

3.Bahwa barangsiapa yang mentaati Rasulullah serta mentauhidkan Allah, tidak boleh bersahabat dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu keluarga dekat. Allah Ta'ala berfirman : "Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah danRasul-Nya, sekalipun orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga
mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mantapkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya dan mereka akan dimasukkan-Nya ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung".(Al-Mujaadalah : 22). (Dinukil dari Ushul Tsalatsah, untuk mendapatkan detailnya, silakan rujuk kitab asal ini karena banyak manfaat yang boleh diperoleh darinya).

Kewajiban yang pertama adalah tauhid, itulah yang dipanggil ilmu aqidah, jalan mengenal Allah. Tauhid yang paling sempurna hanya dimiliki oleh orang-orang yang belajar ilmu aqidah baru kemudian mereka benar-benar mengenal Allah.

Kewajiban yang kedua adalah mengenal Rasulullah. Iaitu mengenal peribadi dan sunnah beliau yang suci. Ilmu yang kita pelajari tentang peribadi dan sunnah-sunnah beliau akan menuntun kita untuk mentaati, ittiba’ (mengikuti) dan mencintai beliau, inilah penyelamat diri kita dari neraka dan khabar gembira sebelum ke syurga.

Kewajiban yang ketiga adalah mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya. Dan ini merupakan panduan bagi kita tentang halal dan haram. Apa yang Allah halalkan pasti memiliki manfaatnya dan begitu juga yang diharamkannya. Contoh, arak haram sebab ia memabukkan dan boleh menghilangkan kewarasan akal fikiran. Menyembah kubur adalah haram kerana menyamakan kedudukan makhluk dengan Allah, sedangkan Allah tidak mempunyai tandingan. Begitu juga dengan contoh-contoh lainnya.

Inilah tujuan utama kita hidup di dunia. Mengenal Allah, Rasul dan agama Islam. 5 poin rukun Islam dan 6 poin rukun iman termasuk di dalam 3 kewajipan di atas.

Anda mempunyai 24 jam dalam satu hari. 8 jam anda peruntukkan untuk bekerja dan 6 jam lagi untuk tidur. Bakinya masih ada 10 jam. Katakanlah jika anda seorang yang sibuk, sehingga seluruh masa anda diperuntukkan untuk  urusan dunia anda, mencari rezeki, menyidai pakaian, mencuci baju, membeli ikan, menunggu bas untuk pulang ke rumah dan lain-lain. Namun apakah masih tidak ada 1, 2 minit untuk mendengar nasihat?
Jika dahulu di zaman Rasulullah, para sahabat boleh beriman dengan Allah dan Rasul-Nya dalam masa dua minit setelah mendengar nasihat/ucapan baginda. Apatah lagi keadaan mereka setelah masa berjam-jam dan berhari-hari yang mereka peruntukkan untuk mendengar nasihat Rasulullah tentang tujuan utama kehidupan ini.

Anda, apa yang anda lakukan?
Sungguhpun para sahabat telah mendapat jaminan syurga, mereka masih bersusah – susah mencari dan belajar tentang agama ini, belajar aqidah, sunnah, syariat Islam, halal dan haram. Mereka datang kepada nabi dan bertanya, “Ya Rasulullah bolehkah saya mengamalkan ini?”

Ya rasulullah, apakah itu iman, apa itu ikhlas, adakah saya termasuk ahli syurga, Ya Rasulullah ini apa, itu apa? Dan lalin-lain lagi pertanyaan.

Begini semangatnya orang-orang yang cintakan Allah dan rasul-Nya. Mau belajar tentang agama mereka. Jika dibandingkan dengan keadaan manusia zaman sekarang, jangankan belajar dengan guru, membaca pun malas. Adakah ilmu anda sudah mencapai derajat ulama? Adakah anda sudah mendapat kepastian pasport ahli syurga?Apakah anda sudah cukup dengan model hidup yang anda jalani?
Anda tahu tempat anda setelah mati nanti di mana?

Untuk mengenal tujuan utama kehidupan ini, anda perlu belajar, menuntut ilmu, bertanya. Setelah kematian nanti, anda tidak boleh berhujah dengan Allah “saya tidak tahu hukum ini adalah haram, maka kembalikan saya ke dunia”. Setelah saat ini, tidak ada lagi bantahan terhadap Allah. Penyesalan di saat ini tidak berguna lagi.

Senin, 16 Januari 2012

TERMINOLOGI YAHUDI


Seputar Terminologi Yahudi Dan Bani Isra’il
Diposting : Abu Maulana Astri

Yahudi dan Bani Isra’il merupakan kata yang selalu digunakan pada periode Sirah untuk menyebut para pengikut ajaran Taurat. Meskipun tampak menonjolkan aspek keagamaan, tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar antara keduanya. Bahkan, pemaknaan Yahudi sendiri tidak bersifat baku, melainkan mengalami perkembangan yang cukup radikal mengikuti fase­fase sejarah yang dilalui oleh salah satu rumpun bangsa Semit ini.
Pada dasarnya, kata Yahudi merupakan penisbatan yang memiliki sifat hubungan darah, yakni keturunan Yahuda (Yahudza) bin Ya`qub. Dari garis keturunan inilah lahir Dawud as. dan Sulaiman as. yang merupakan simbol kebesaran bangsa ini sepanjang masa. Kebanggaan Yahudi adalah kata yang dinisbatkan kepada Yahuda, salah seorang putera Nabi Ya`qub as.
Masyarakat Yahudi di Hijaz Sebelum Islam
Tidak banyak sumber sejarah yang menjelaskan asal­usul keberadaan Yahudi di wilayah Hijaz yang meliputi Mekah, Madinah, Thaif, Khaibar, Fadak, Taima dan sekitarnya. Sumber sejarah yang ada, terbatas pada beberapa catatan sejarawan muslim, yang berarti penulisannya dilakukan setelah kedatangan Islam. Sementara catatan sejarah sebelum Islam, bisa dikatakan sangat langka. Itupun terbatas pada ungkapan para penyair dalam puisi­puisi mereka. Alhasil, permulaan kedatangan masyarakat Yahudi ke Hijaz tidak dapat dipastikan, karena tidak didukung data dan fakta yang memadai.
Namun berbagai indikator menunjukkan, keberadaan masyarakat Yahudi di tanah Hijaz sudah berlangsung sejak lama. Kondisi politik yang tidak di stabil di Palestina sejak penyerangan Babilonia hingga Romawi, mendesak masyarakat Yahudi mencari perlindungan bahkan pemukiman baru di pelbagai daerah, terutama daerah­daerah yang memiliki hubungan langsung dengan Palestina, seperti Hijaz. Selain faktor politik di Palestina, kesuburan tanah di beberapa wilayah Hijaz, seperti Yatsrib (Madinah), Khaibar, Taima, Wadi al­Qura dan Fadak, mendorong masyarakat Yahudi untuk menjadikannya sebagai alternatif pemukiman baru bagi mereka (Jawad Ali : 3675).
a. Aspek Sosial Politik
Di pemukiman baru tersebut, masyarakat Yahudi hidup berdampingan dengan pribumi yang telah lebih dulu tinggal di tempat itu. Kondisi ini memaksa mereka melakukan penyesuaian dengan budaya dan tradisi lokal. Meskipun di Madinah, Khaibar dan Wadi al­Quran, mereka berhasil mendominasi berbagai aspek kehidupan tapi mereka tetap tidak dapat menghindari tuntutan-­tuntutan pragmatis di tempat baru. Cara berpakaian dan nama mengikuti tradisi Arab. Samuel bin Yazid, Zubair bin Batha, Sallam bin Misykam, Huyay bin Akhthab, adalah nama­nama tokoh Bani Qainuqa` dan Bani Nadhir. Komunikasi sehari­haripun menggunakan bahasa Arab, meskipun masih ada pengaruh aksen Ibrani. Bahkan sebagian dari kalangan Yahudi dikenal pandai berpuisi dalam bahasa Arab, diantaranya adalah Ka`b bin Sa`d al­Qurazhi, Sarah al­ Qurazhiyah, Rabi` bin Abi al­Huqaiq dan Ka`b bin Asyraf (Jawad Ali: 3738).
Tidak hanya bahasa dan budaya, pernikahan antara etnik Bani Israil dan Arab juga tidak dapat dihindari. Ka`b bin Asyraf adalah contohnya. Menurut salah satu riwayat, ayahnya adalah keturunan Arab Thai’ sedangkan ibunya berdarah asli Bani Israil. Jawad Ali memberi alasan, perkawinan silang antar etnik ini dapat terjadi karena –antara lain— sejumlah orang Arab memeluk agama Yahudi.
Ketika masyarakat Yahudi tiba di Madinah, sejumlah kabilah Arab kecil telah mendiami kota tersebut. Namun demikian, klan­klan besar Yahudi, seperti Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan Bani Qainuqa` berhasil menempati tempat­tempat strategis. Daerah `Awali (Wadi Mudzainib), Wadi Mahzur dan Wadi Buth­han yang merupakan sumber air di Madinah, berhasil dikuasai. Selain tanah, mereka juga menguasai perdagangan. Pasar Bani Qainuqa` menjadi pasar paling ramai dan lengkap, sekaligus jantung perekonomian Madinah.
Sejak kedatangan Aus dan Khazraj, dua klan Arab berasal dari Azd (Yaman), dominasi Yahudi di Madinah mulai pudar. Aus dan Khazraj berhasil menggeser posisi Yahudi meskipun tidak dapat menguasai daerah­daerah subur yang menjadi pemukiman dan kebun mereka.
Kehadiran Aus dan Khazraj yang mengancam hegemoni dan stabilitas masyarakat Yahudi tidak disikapi secara konfrontatif. Masyarakat Yahudi lebih mengutamakan perlindungan internal dengan membangun bangunan-­bangunan kokoh di daerah pemukimannya dalam bentuk benteng, atham (semi benteng) dan ratij (rumah berdinding tanah liat). As­Samhudi –dalam kitab Wafa’ al­Wafa—menyatakan terdapat lebih dari 59 atham dan ratij milik Yahudi di Madinah.
Di dalam batas lingkungan eksklusif itulah, masyarakat Yahudi melakukan segala aktivitas yang terkait antara sesama mereka, sehingga kondisinya mirip dengan komunitas Ghetto yang identik dengan budaya masyarakat Yahudi di seluruh penjuru dunia semasa diaspora.
Dalam berhubungan dengan komunitas lain di Madinah, masyarakat Yahudi tampaknya lebih bersikap pragmatis. Perpecahan di kalangan internal Yahudi mendorong mereka untuk membangun aliansi dengan masyarakat Arab guna memperkuat posisinya. Bani Qainuqa` beraliansi dengan Khazraj, sedangkan Bani Nadhir dan Bani Quraizhah beraliansi dengan Aus (al­Syarif: 267).
Perpecahan internal Yahudi bukan semata­mata strategi jitu mereka untuk memecah belah kekuatan Aus dan Khazraj yang menjadi rival mereka. Sekalipun secara tidak langsung, tujuan tersebut tercapai. Pada kenyataannya, klan-­klan Yahudi itu memang pecah, terutama setelah menapaki puncak kekuasaan di Madinah. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah memandang status mereka lebih terhormat daripada Bani Qainuqa`. Kedua klan Yahudi tersebut berasal dari garis keturunan al­Kahin (Cohen), keturunan Nabi Harun as yang dikenal relijius dan sangat terhormat (Ibn Hisyam: 2/202).
b. Aspek Ekonomi
Sejak sebelum kedatangan Aus dan Khazraj hingga masa Islam. Yahudi Madinah tetap menguasai perekonomian kota tersebut. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah menguasai tanah­tanah tersubur, sedangkan Bani Qainuqa` mengusai pasar terbesar. Kemahiran masyarakat Yahudi dalam bercocok tanam yang diwarisi dari Palestina juga mereka terapkan. Begitu juga kelihaian membuat perhiasan, pakaian, baju perang, senjata, alat­ alat pertanian dan profesi lainnya semakin mengokohkan dominasi mereka atas perekonomian Madinah.
Perdagangan valuta dan praktik riba juga dikenal luas di Madinah. Dalam hal ini, tokoh­ tokoh Yahudi dan Arab memainkan peran yang sama. Bunga riba yang dibebankan kepada peminjam kadang-­kadang lebih besar dari jumlah utang, sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan memicu banyak konflik (al­Syarif: 301­302).
Hubungan dagang para saudagar Yahudi Madinah dan Khaibar terjalin dengan baik. Letak Madinah sebagai transit kafilah-­kafilah dagang Quraisy yang bertolak menuju pasar­-pasar besar di Gaza dan Syam tentu dimanfaatkan dengan baik oleh para pedagang domestik Madinah. Begitu juga Khaibar yang terletak di persimpangan jalan dagang kafilah-­kafilah Ghathafan dan beberapa kabilah Najed lainnya.
Aspek Pendidikan dan Keagamaan
Lingkungan eksklusif masyarakat Yahudi di Madinah menjadi tempat ideal untuk mengembangkan pendidikan dan tradisi keagamaan. Lembaga pendidikan Yahudi di Madinah dikenal dengan nama Bait al­Midras yang berasal dari bahasa Ibrani, Midrash, yang berarti kajian dan penjelasan teks­teks keagamaan. Tampaknya, Midras juga berfungsi sebagai tempat ibadah dan pertemuan penting untuk membahas masalah­ masalah agama (Jawad Ali: 4876).
Meskipun orang­orang Yahudi tidak tertarik menyebarkan agama, tapi bukan berarti tidak ada orang Arab yang memeluk Yahudi. Kondisi sosial yang majemuk, kebutuhan pragmatis yang berkaitan dengan ekonomi dan keamanan, serta faktor­-faktor lainnya, membuat orang-­orang Yahudi berkepentingan dengan adanya orang­-orang Arab yang memeluk agama mereka. Namun perlu dicatat, pilihan memeluk agama Yahudi ini dilakukan oleh individu­individu dan tidak ada fakta yang menyebutkan perpindahan agama secara masif yang dilakukan oleh satu kabilah Arab secara bersama­sama (al­ Syarif: 248).
Hubungan Yahudi dengan Masyarakat Muslim
a. Apakah Rasulullah saw. Berhubungan dengan Penganut Yahudi di Mekah?
Banyak ayat Al­Qur’an yang menyinggung Bani Isra’il dan agama Yahudi. Kedudukan mereka sebagai Ahl al­Kitab menjadi sorotan tersendiri, karena sepatutnya merekalah orang yang lebih cepat menerima ajaran Al­Qur’an yang merupakan penerus dan membenarkan ajaran asli Taurat. Persinggungan wacana yang dikembangkan dalam Al­Qur’an mendahului kontak fisik antara Rasulullah saw. dan kaum muslimin dengan masyarakat Yahudi. Meskipun sulit dipungkiri adanya sejumlah saudagar Yahudi yang berdagang ke Mekah dan tinggal disana untuk urusan berbisnis, namun tidak ada fakta yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah berhubungan dengan mereka, terlebih lagi dalam masalah agama.
Kabar tentang masayarakat Yahudi tentu diketahui, bahkan dikuasai dengan baik oleh Rasulullah saw. Selain cepat atau lambat, pasti akan berhubungan dengan penganut Taurat tersebut, harapan Rasulullah saw. untuk menemukan alternatif pusat dakwah Islam selain Mekah, mendesak beliau untuk mengetahui lebih detail kondisi masyarakat­ masyarakat di sekitarnya, termasuk Madinah.
Karena itu, saat menemui sekelompok pemuda Khazraj di Mina, pertanyaan pertama yang beliau sampaikan adalah, “Apakah kalian orang-­orang yang beraliansi dengan Yahudi?”. (Ibn Hisyam: 428). Tampaknya beliau sudah sangat menguasai seluk beluk karakter sosial Madinah, termasuk hubungan Aus dan Khazraj dengan klan­klan Yahudi yang tinggal berdampingan dengan mereka itu.
b. Dakwah Rasulullah saw. kepada Masyarakat Yahudi
Hubungan dakwah Rasulullah saw. dengan Yahudi Madinah terjalin sejak dini. Riwayat Bukhari dan Ibn Ishaq mengisyaratkan kedatangan Abdullah bin Salam, seorang ulama Yahudi Bani Qainuqa`, dan keputusannya memeluk Islam terjadi hanya beberapa saat setelah beliau menetap di Madinah. Peristiwa ini pula yang memicu undangan Rasulullah saw. kepada masyarakat Yahudi untuk mengajak mereka memeluk Islam dan menjadikan Abdullah bin Salam sebagai bukti pembenarannya (al­Mubarakfuri: 140).
c. Piagam Madinah; Konsepsi Konstitusi Islam untuk Masyarakat Plural
Kedatangan Rasulullah saw. ke Madinah secara langsung menjadi penguasa baru di kota tersebut, karena Aus dan Khazraj, dua klan Arab yang mendominasi Madinah, adalah pihak yang mengundang sekaligus mengangkat beliau sebagai pemimpin. Latar belakang masyarakat Madinah yang sangat majemuk, karena terdiri dari beberapa etnik Arab dan Yahudi mendesak adanya peraturan umum yang mengatur kehidupan bersama dengan baik. Disinilah letak pentingnya Piagam Madinah yang ditetapkan oleh Rasulullah saw. berdasarkan kaedah dan prinsip Islam. Hal ini juga membuktikan, ajaran Islam dapat mengatur kepentingan bersama masyarakat muslim dan non muslim, tanpa harus menghilangkan karakter khas masing­masing, terutama agama.
Al­Mubarakfuri merangkum beberapa bagian pasal Piagam Madinah yang mengatur hubungan masyarakat Muslim dengan Yahudi seperti berikut,
1. Yahudi Bani `Auf merupakan satu komunitas bersama masyarakat Mu’min. Orang­orang Yahudi berhak menjalankan agama mereka dan orang­orang muslim berhak menjalankan agama mereka…begitu juga klan­klan Yahudi lainnya diluar Bani `Auf.
2. Masyarakat Yahudi harus menanggung biaya hidupnya sendiri dan orang­orang muslim juga harus menanggung biaya hidupnya sendiri.
3. Masyarakat Yahudi dan Muslim harus saling bahu membahu melawan musuh yang menyerang pihak yang menandatangani Piagam ini.
4. Mereka juga harus saling memberi saran dan nasihat dalam kebaikan, tapi tidak demikian dalam kejahatan.
5. Siapa pun yang dizalami maka wajib ditolong.
6. Masyarakat Yahudi dan Mu’min harus bersatu padu ketika diserang musuh.
7. Jika terjadi perselisihan atau pertikaian antara pihak­pihak yang menyepakati Piagam ini, sehingga khawatir akan merusak hubungan, maka keputusannya harus dikembalikan kepada hukum Allah azza wa jalla dan Muhammad, utusan Allah saw.
8. Siapa pun tidak boleh memberi suaka (perlindungan) kepada Quraisy dan pendukungnya (al­Mubarakfuri: 182). 


Sabtu, 14 Januari 2012

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Oleh : Abu Maulana Astri,S.Pd.

Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Beberapa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini :
 1.      Aspek Perkembangan Kognitif (MENTAL)
Tahapan Perkembangan Kognitif adalah: (1) Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja; (2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun.
Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
 2.      Aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi .Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya .
 3.      Aspek Perkembangan Bahasa
Pada  umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
 4.      Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Identifikasi  perkembangan sosial anak adalah : (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.