Sabtu, 22 Maret 2014

MUTIARA TSAQAFAH

Allah swt berfirman: "Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah" (QS. 3/110). Ibnu Katsir rhm menjelaskan, "sebaik-baik umat untuk manusia" artinya paling bermanfaat untuk sesama manusia, karena mereka selalu melakukan amar makruf, nahi munkar, dan beriman kepada Allah". Saudaraku, sayangnya hal yang paling memberi manfaat pada orang lain itu kini dianggap sebagai kejahatan, melanggar HAM.

Minggu, 02 Maret 2014

Hati-hati, Banyak Setan dalam Diskusi Kita



Hari ini, sebagian besar waktu kita mungkin terkuras untuk berdiskusi di media sosial atau grup-grup tertentu, di dunia maya maupun di handphone. Banyak sekali sarananya; Whatsapp, BBM, Line, Facebook, Twitter dan masih banyak lagi.
Agar diskusi atau buah dari tarian jari-jari kita lebih bermanfaat, ada satu hadis yang patut diingat-ingat ketika berdiskusi. Banyak orang mungkin sudah tahu dan hafal hadis ini. Tetapi tidaklah aib bila kita ulang di sini:
Abu Hurairah berkata, “Seseorang telah mencela Abu Bakar. Abu Bakar pun diam, sedangkan Nabi SAW ketika itu bersama mereka dalam posisi duduk. Nabi merasa kagum, lalu tersenyum. Ketika orang itu memperbanyak cercaannya, Abu Bakar menimpali sebagian yang diucapkannya. Nabi pun marah dan beranjak pergi.

Abu Bakar kemudian menyusul beliau dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, orang itu telah mencerca diriku, dan engkau tetap duduk. Namun, saat aku menimpali sebagian yang diucapkannya, mengapa engkau marah dan berdiri?’

Rasulullah pun menjawab, ‘Tadi ada malaikat bersamamu dan menimpali orang tersebut, sementara engkau diam. Akan tetapi, ketika engkau menimpali sebagian yang diucapkannya, setan pun datang dan aku pun tidak mau duduk dengan setan.’
Kemudian beliau SAW bersabda, ‘Wahai Abu Bakar, ada tiga perkara yang semuanya benar:
  1. Tidaklah seseorang yang dizalimi dengan suatu kezaliman, kemudian ia memaafkannya karena Allah, melainkan Allah akan memuliakannya karena perbuatannya itu dan akan menolongnya.
  2. Tiada seseorang yang membuka pintu pemberian dengan niat bersilaturahim, melainkan Allah akan memperbanyak hartanya. T
  3. Tiada seseorang yang membuka pintu untuk meminta-minta dengan niat meperbanyak hartanya, melainkan Allah akan menyedikitkan hartanya.” (Al-Haitsami mengatakan, “Para perawinya shahih.” Syaikh Al-Albani mengatakan, “Sanadnya baik.”).
Kita adakalanya membicarakan suatu tema, misalnya tentang krisis umat Islam, perselisihan di antara mujahidin, atau kelompok-kelompok dan manhaj mereka. Atau tema sosial lainnya. Di dunia maya yang serba terbuka, sangat besar kemungkinan ada orang yang berkomentar tidak baik. Bahkan mungkin mencela dan melecehkan buah pikiran Anda. Bukan sebatas itu, orang yang tidak Anda kenal mungkin akan mengatakan niat Anda tidak ikhlas dan tuduhan lainnya. Nah, dalam hal ini ada dua hal yang sejatinya adalah ujian bagi kita:
  1. Bila hinaan tidak dibalas dengan hinaan, mudah-mudahan malaikat bersama Anda dan membalas ungkapan penghina itu agar berbalik kepadanya. Doa malaikat tentu lebih dekat untuk dikabulkan. Selain itu, Rasulullah telah memberikan jaminan bahwa bila kita memaafkan celaan itu, Allah akan menolong dan mengangkat derajat.
  2. Bila celaan itu kita balas, kedudukan pertama tadi pun lenyap. Malaikat pergi, dan setanlah yang bermain. Setan datang untuk membisikkan kata-kata rayuan kepada masing-masing pihak. Perdebatan pun akhirnya kering dari kemungkinan berkah. Banyak kata-kata sia-sia, pamer, fitnah, dan kesombongan. Meskipun salah satu pihak berada dalam kebenaran, sedangkan pihak lain tidak benar, diskusi itu menjadi tidak bermanfaat.
Manakah di antara dua itu yang banyak dilakukan oleh orang pada zaman sekarang? Hanya orang-orang yang dipilih oleh Allah yang bisa menahan diri dan melakukan yang pertama. Apalagi di akhir zaman ini, Rasulullah menyebutkan bahwa banyak orang akan membanggakan buah pikirnya sendiri.
Agar kita menjadi orang-orang pilihan Allah, kata-kata yang melecehkan tidak harus dibalas dengan pelecehan. Balaslah dengan kata-kata yang baik dan ilmiah. Jika yang kita sampaikan adalah suatu kebenaran, ia tidak akan tertutupi oleh buruknya cara orang membantah pendapat kita. Maka Allah pun berfirman, “Kebaikan itu tidak akan pernah sama dengan keburukan. Balaslah (keburukan itu) dengan yang lebih baik.” Wallahu a’lam.
Ditulis oleh Ibnu Yaman. Terinspirasi oleh tulisan Dr Iyad Qunaibi, semoga Allah memberikan pahala jariah  kepada beliau.

Disadur dari kiblat.net
Al-Qolam Kr-Moncol