BERPAKAIAN TAPI TELANJANG
Posted by : Abu Astri-
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِنْفَانِ مِنْ
أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ
يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ
مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ
الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ
كَذَا وَكَذَا
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua golongan penduduk neraka yang
keduanya belum pernah aku lihat. (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor
sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan
bertelanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus
pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian
auratnya terbuka),berjalan dengan
berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak)
bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak masuk surga, dan tidak
mendapatkan bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak
perjalanan begini dan begini.” (HR
Muslim NO – 3971).
Wanita yang berperilaku demikian dinamakan kaasiyatun ‘ariyaatun.(
كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ Sungguh menyedihkan sekali perilaku kebanyakan wanita zaman sekarang.Fenomena tersebut hampir terjadi di setiap temapat dan waktu.Naudzubillahi min dzalik.
( ولا يجدن ريحها
وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا ) أي من مسيرة أربعين عاماً كما في
رواية /التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى – (2 / 185)
“Wanita-wanita
tersebut tidak masuk surga, dan tidak mendapatkan bau surga. Padahal bau surga
itu dapat tercium dari jarak perjalanan begini dan begini.” Artinya dari jarak
perjalanan empat puluh tahun sebagaimana dalam suatu riwayat. (Al-Munawi,
syarah Al-Jami’ As-Shaghir huruf shad).
Bagaimanapun,
kasus itu jelas merupakan contoh buruk. Rawan ditiru oleh anak buah sang tokoh,
bahkan oleh siapa saja, karena gambarnya beredar di televise, surat kabar,
internet dan sebagainya. Padahal mencontohi keburukan, telah diancam oleh
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
مَنْ سَنَّ فِي
الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا
بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي
الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Barangsiapa
yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh
pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka
dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR
Muslim No. Hadist : 1691).
Semoga tulisan
ini menjadi peringatan berharga bagi siapa saja, hingga tidak mudah untuk
berbuat mengikuti syahwat, apalagi mencontohi. Karena perbuatan buruk kadang
bukan sekadar terbatas lingkupnya, tapi bagai kata pepatah, gara-gara nila
setitik maka rusaklah susu sebelanga. Pelopornya akan menanggung dosa yang
berat karena ulahnya yang diikuti oleh orang banyak.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar